Sujud Sahwi
Saat ini kita akan membahas pembahasan menarik mengenai sujud sahwi, sujud karena lupa. Kami akan sajikan dengan sederhana supaya lebih memahamkan pembaca sekalian. Panduan sujud sahwi ini akan kami bagi menjadi beberapa seri tulisan. Semoga bermanfaat.
Definisi Sujud Sahwi
Sahwi secara bahasa bermakna lupa atau lalai.Sujud sahwi secara istilah adalah sujud yang dilakukan di akhir shalat atau setelah shalat untuk menutupi cacat dalam shalat karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan atau mengerjakan sesuatu yang dilarang dengan tidak sengaja.
Pensyariatan Sujud Sahwi
Para ulama madzhab sepakat mengenai disyariatkannya sujud sahwi. Di antara dalil yang menunjukkan pensyariatannya adalah hadits-hadits berikut ini. Hadits-hadits ini pun nantinya akan dijadikan landasan dalam pembahasan sujud sahwi selanjutnya.
Pertama: Hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا نُودِىَ
بِالأَذَانِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ الأَذَانَ
فَإِذَا قُضِىَ الأَذَانُ أَقْبَلَ فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ فَإِذَا قُضِىَ
التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ
كَذَا اذْكُرْ كَذَا. لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ إِنْ
يَدْرِى كَمْ صَلَّى فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى فَلْيَسْجُدْ
سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ
“Apabila adzan dikumandangkan, maka setan
berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar adzan tersebut. Apabila
adzan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan
iqomah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan
pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata,
“Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak
mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.”
(HR. Bukhari no. 1231 dan Muslim no. 389)Kedua: Hadits Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى
ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ
ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا
شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لأَرْبَعٍ كَانَتَا
تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ
“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam
shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat
rakaat maka buanglah keraguan, dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua
kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah
menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, maka
sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan.” (HR. Muslim no. 571)Ketiga: Hadits Abu Hurairah, ia berkata,
صَلَّى بِنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ
إِمَّا الظُّهْرَ وَإِمَّا الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى
جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا وَفِي
الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ فَهَابَا أَنْ يَتَكَلَّمَا وَخَرَجَ سَرَعَانُ
النَّاسِ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ فَقَامَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَقُصِرَتْ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينًا وَشِمَالًا فَقَالَ مَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ
قَالُوا صَدَقَ لَمْ تُصَلِّ إِلَّا رَكْعَتَيْنِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ
كَبَّرَ وَرَفَعَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengimami kami shalat pada salah satu dari dua shalat petang, mungkin shalat
Zhuhur atau Ashar. Namun pada raka’at kedua, beliau sudah mengucapkan salam.
Kemudian beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid, lalu
beliau bersandar ke pohon tersebut dalam keadaan marah. Di antara jamaah
terdapat Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berbicara. Orang-orang yang
suka cepat-cepat telah keluar sambil berujar, “Shalat telah diqoshor
(dipendekkan).” Sekonyong-konyong Dzul Yadain berdiri seraya berkata, “Wahai
Rasulullah, apakah shalat dipendekkan ataukah anda lupa?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menengok ke kanan dan ke kiri, lalu bersabda, “Betulkan
apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain tadi?” Jawab mereka, “Betul, wahai
Rasulullah. Engkau shalat hanya dua rakaat.” Lalu beliau shalat dua rakaat
lagi, lalu memberi salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian
bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau
sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari
no. 1229 dan Muslim no. 573)Keempat: Hadits ‘Imron bin Hushain.
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَلَّى الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِى ثَلاَثِ رَكَعَاتٍ
ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ وَكَانَ
فِى يَدَيْهِ طُولٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ.
وَخَرَجَ غَضْبَانَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ فَقَالَ «
أَصَدَقَ هَذَا ». قَالُوا نَعَمْ. فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ
سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah shalat ‘Ashar lalu beliau salam pada raka’at ketiga. Setelah itu beliau
memasuki rumahnya. Lalu seorang laki-laki yang bernama al-Khirbaq (yang
tangannya panjang) menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya, “Wahai
Rasulullah!” Lalu ia menyebutkan sesuatu yang dikerjakan oleh beliau tadi.
Akhirnya, beliau keluar dalam keadaan marah sambil menyeret rida’nya (pakaian
bagian atas) hingga berhenti pada orang-orang seraya bertanya, “Apakah benar yang
dikatakan orang ini?“ Mereka menjawab, “Ya benar”. Kemudian beliau pun shalat
satu rakaat (menambah raka’at yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu
beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.”
(HR. Muslim n o. 574)Kelima: Hadits ‘Abdullah bin Buhainah.
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ
وَعَلَيْهِ جُلُوسٌ فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي
كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ وَسَجَدَهُمَا النَّاسُ
مَعَهُ مَكَانَ مَا نَسِيَ مِنْ الْجُلُوسِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melaksanakan shalat Zhuhur namun tidak melakukan duduk (tasyahud awal).
Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali, dan beliau
bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk sebelum. Beliau lakukan
seperti ini sebelum salam. Maka orang-orang mengikuti sujud bersama beliau
sebagai ganti yang terlupa dari duduk (tasyahud awal).” (HR. Bukhari no.
1224 dan Muslim no. 570)Keenam: Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud.
صَلَّى بِنَا
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَمْسًا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَزِيدَ فِى الصَّلاَةِ قَالَ « وَمَا ذَاكَ ». قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا. قَالَ
« إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَذْكُرُ كَمَا تَذْكُرُونَ وَأَنْسَى كَمَا
تَنْسَوْنَ ». ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَىِ السَّهْوِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah shalat bersama kami lima
raka’at. Kami pun mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau menambah dalam
shalat?” Lalu beliau pun mengatakan, “Memang ada apa tadi?” Para sahabat pun
menjawab, “Engkau telah mengerjakan shalat lima raka’at.” Lantas beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia semisal kalian. Aku bisa memiliki ingatan
yang baik sebagaimana kalian. Begitu pula aku bisa lupa sebagaimana kalian pun
demikian.” Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud sahwi.” (HR. Muslim
no. 572)Lalu apa hukum sujud sahwi?
Mengenai hukum sujud sahwi para ulama berselisih menjadi dua pendapat, ada yang mengatakan wajib dan ada pula yang mengatakan sunnah. Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini dan lebih menentramkan hati adalah pendapat yang menyatakan wajib. Hal ini disebabkan dua alasan:
- Dalam hadits yang menjelaskan sujud sahwi seringkali menggunakan kata perintah. Sedangkan kata perintah hukum asalnya adalah wajib.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukan sujud sahwi –ketika ada sebabnya- dan tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan bahwa beliau pernah meninggalkannya.
Sebab Adanya Sujud Sahwi
Pertama: Karena adanya kekurangan.
Rincian 1: Meninggalkan rukun shalat seperti lupa ruku’ dan sujud.
- Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan lupa, kemudian ia mengingatnya sebelum memulai membaca Al Fatihah pada raka’at berikutnya, maka hendaklah ia mengulangi rukun yang ia tinggalkan tadi, dilanjutkan melakukan rukun yang setelahnya. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi di akhir shalat.
- Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan lupa, kemudian ia mengingatnya setelah memulai membaca Al Fatihah pada raka’at berikutnya, maka raka’at sebelumnya yang terdapat kekurangan rukun tadi jadi batal. Ketika itu, ia membatalkan raka’at yang terdapat kekurangan rukunnya tadi dan ia kembali menyempurnakan shalatnya. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi di akhir shalat.
- Jika lupa melakukan melakukan satu raka’at atau lebih (misalnya baru melakukan dua raka’at shalat Zhuhur, namun sudah salam ketika itu), maka hendaklah ia tambah kekurangan raka’at ketika ia ingat. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi sesudah salam.
- Jika meninggalkan wajib shalat, lalu mampu untuk kembali melakukannya dan ia belum beranjak dari tempatnya, maka hendaklah ia melakukan wajib shalat tersebut. Pada saat ini tidak ada kewajiban sujud sahwi.
- Jika meninggalkan wajib shalat, lalu mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya, namun belum sampai pada rukun selanjutnya, maka hendaklah ia kembali melakukan wajib shalat tadi. Pada saat ini juga tidak ada sujud sahwi.
- Jika ia meninggalkan wajib shalat, ia mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya dan setelah sampai pada rukun sesudahnya, maka ia tidak perlu kembali melakukan wajib shalat tadi, ia terus melanjutkan shalatnya. Pada saat ini, ia tutup kekurangan tadi dengan sujud sahwi.
إِذَا
قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ
فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلاَ يَجْلِسْ وَيَسْجُدْ سَجْدَتَىِ السَّهْوِ
“Jika salah seorang dari kalian berdiri dari
raka’at kedua (lupa tasyahud awwal) dan belum tegak berdirinya, maka hendaknya
ia duduk. Tetapi jika telah tegak, maka janganlah ia duduk (kembali). Namun
hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali sujud.” (HR. Ibnu Majah no. 1208
dan Ahmad 4/253)Rincian 3: Meninggalkan sunnah shalat
Dalam keadaan semacam ini tidak perlu sujud sahwi, karena perkara sunnah tidak mengapa ditinggalkan.
Kedua: Karena adanya penambahan.
- Jika seseorang lupa sehingga menambah satu raka’at atau lebih, lalu ia mengingatnya di tengah-tengah tambahan raka’at tadi, hendaklah ia langsung duduk, lalu tasyahud akhir, kemudian salam. Kemudian setelah itu, ia melakukan sujud sahwi sesudah salam.
- Jika ia ingat adanya tambahan raka’at setelah selesai salam (setelah shalat selesai), maka ia sujud ketika ia ingat, kemudian ia salam.
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيلَ لَهُ أَزِيدَ
فِى الصَّلاَةِ فَقَالَ « وَمَا ذَاكَ » . قَالَ صَلَّيْتَ خَمْسًا . فَسَجَدَ
سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melakukan shalat Zhuhur lima
raka’at. Lalu ada menanyakan kepada beliau, “Apakah engkau menambah dalam
shalat?” Beliau pun menjawab, “Memangnya apa yang terjadi?” Orang tadi berkata,
“Engkau shalat lima
raka’at.” Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud dua kali setelah
ia salam tadi.” (HR. Bukhari no. 1226 dan Muslim no. 572)
Ketiga: Karena adanya keraguan.
- Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tiga atau empat raka’at-, kemudian ia mengingat dan bisa menguatkan di antara keragu-raguan tadi, maka ia pilih yang ia anggap yakin. Kemudian ia nantinya akan melakukan sujud sahwi sesudah salam.
- Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tiga atau empat raka’at-, dan saat itu ia tidak bisa menguatkan di antara keragu-raguan tadi, maka ia pilih yang ia yakin (yaitu yang paling sedikit). Kemudian ia nantinya akan melakukan sujud sahwi sebelum salam.
Mengenai permasalahan ini
sudah dibahas pada hadits Abu Sa’id Al Khudri yang telah lewat. Juga terdapat
dalam hadits ‘Abdurahman bin ‘Auf, ia mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَهَا أَحَدُكُمْ
فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ وَاحِدَةً صَلَّى أَوْ ثِنْتَيْنِ فَلْيَبْنِ عَلَى
وَاحِدَةٍ فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَوْ ثَلاَثًا فَلْيَبْنِ عَلَى
ثِنْتَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثَلاَثًا صَلَّى أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَبْنِ عَلَى
ثَلاَثٍ وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ
“Jika salah seorang
dari kalian merasa ragu dalam shalatnya hingga tidak tahu satu rakaat atau dua
rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaknya ia hitung satu rakaat. Jika tidak
tahu dua atau tiga rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah ia hitung dua
rakaat. Dan jika tidak tahu tiga atau empat rakaat yang telah ia kerjakan, maka
hendaklah ia hitung tiga rakaat. Setelah itu sujud dua kali sebelum salam.”
(HR. Tirmidzi no. 398 dan Ibnu Majah no. 1209. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no.
1356)
Yang perlu
diperhatikan: Seseorang tidak perlu
memperhatikan keragu-raguan dalam ibadah pada tiga keadaan:
- Jika hanya sekedar was-was yang tidak ada hakikatnya.
- Jika seseorang melakukan suatu ibadah selalu dilingkupi keragu-raguan, maka pada saat ini keragu-raguannya tidak perlu ia perhatikan.
- Jika keraguan-raguannya setelah selesai ibadah, maka tidak perlu diperhatikan selama itu bukan sesuatu yang yakin.
Cara Dan Letak Sujud Sahwi
Seperti halnya sujud-sujud lainnya dalam shalat, sujud
sahwi pun dua kali, yang diniati sebagai sujud sahwi (sujud menambal
kelalaian).
Adapun letaknya pada akhir shalat, sebelum salam. Jadi,
kalau terlanjur salam sebelum bersujud sahwi, baik dengan sengaja ataupun
karena lupa, sedang jaraknya sampai dengan mengingatnya sudah cukup lama, maka
sujud itu dilewatkan saja. Tetapi, kalau belum terlalu lama, maka boleh
langsung bersujud dua kali, dengan niat sujud sahwi, sesudah itu salam sekali
lagi.
bacaan sujud sahwi :
bacaan sujud sahwi :
سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو
"Subhana man laa yanaamu walaa yashu"
Artinya : Maha suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.
Disusun oleh Kelompok Ali Bin
Abi Tholib
Ketua : Masrul
Anggota : Siti Rahmi
Lilis
Arda
Panca
Sephadi
Septianah
Rini Aprianti
Yuda Yudistira
Danis
SMP Negeri 2 Jasinga
Jl. Letnan Sayuti Km. 04 Ds.
Cikopomayak, Jasinga-Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar